Perjalanan ini dimulai beberapa tahun yang lalu, ketika suara lonceng sekolah menyambut pagi yang cerah. Saya adalah seorang guru kelas VI SD Negeri Sondana salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan semangat mengajar yang membara, merasa bahwa era teknologi memberikan peluang luar biasa bagi pembelajaran. Kini, tantangan besar menghadang, dan perjuangan saya dalam memahami dan mengimplementasikan digitalisasi menjadi landasan bagi kisah ini.
Tantangan pertama adalah perubahan paradigma. Saya mengadopsi pikiran terbuka dan rasa ingin tahu terhadap teknologi, meskipun awalnya rasanya seperti melangkah ke dunia baru yang asing. Walaupun begitu, semangat untuk memberikan yang terbaik kepada siswa saya memandu langkah-langkah pertama ini. Saya mulai belajar tentang perangkat lunak pendidikan, aplikasi interaktif, dan cara mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran.
Berpindah dari papan tulis tradisional ke layar digital membutuhkan penyesuaian. Mendapat dukungan rekan sejawat dan para staf sekolah yang luar biasa, saya mulai mengembangkan rencana pembelajaran yang menggabungkan teknologi. Kami memulai dengan pelajaran sederhana, seperti pengenalan huruf melalui permainan interaktif dan video pendek yang memukau imajinasi siswa.
Tidak dapat disangkal, para siswa menanggapi positif perubahan ini. Mereka dengan cepat menangkap teknologi baru dan semangat belajar pun semakin berkobar dengan gemilangnya namun tantangan berikutnya muncul: aksesibilitas. Beberapa siswa mungkin tidak memiliki perangkat sendiri di rumah, sehingga kami bekerja sama dengan Komite Sekolah untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki peluang yang setara dalam pembelajaran digital.
Selain itu, peran saya juga mengalami perubahan. Saya tidak lagi hanya menjadi pengajar tetapi juga menjadi fasilitator pembelajaran. Siswa mulai mengambil inisiatif dalam eksplorasi digital, dan kami bersama-sama menemukan sumber daya baru dalam jaringan dunia maya. Diskusi online dan proyek kolaboratif membuka pintu untuk pembelajaran yang lebih mendalam dan utuh.
Selama perjalanan ini, saya merasa diri saya tumbuh bersama teknologi. Dari ruang kolaborasi dan elaborasi daring tentang pengembangan keterampilan digital hingga webinar tentang pendekatan inovatif dalam mengajar, semangat belajar tidak pernah padam. Kami juga mengadakan sesi pelatihan bagi rekan guru yang mungkin masih ragu dengan teknologi. Saya melihat berbagi pengetahuan sebagai investasi dalam masa depan pendidikan.
Seiring waktu, digitalisasi membuka jendela baru menuju dunia yang lebih luas. Siswa kami berinteraksi dengan teman sekelas dari sekolah tetangga melalui proyek kolaboratif daring. Mereka juga dapat menjelajahi museum, planetarium, dan tempat-tempat menarik lainnya secara virtual, memperkaya pengalaman belajar mereka.
Di tengah segala perubahan signifikan yang dibawa oleh teknologi, ternyata penting untuk selalu mengingat bahwa nilai-nilai dasar Profil Pelajar Pancasila tidak boleh terlupakan. Meskipun dunia terus berkembang, nilai-nilai luhur tersebut tetap menjadi landasan yang menuntun generasi muda dalam setiap langkah pembelajaran.
“Seiring teknologi merentang sayapnya, biarkanlah nilai-nilai Pelajar Pancasila menjadi bintang yang tetap menuntun, mengarahkan langkah-langkah menuju masa depan yang penuh makna.”***
Artikel ini ditulis oleh Aditya Gobel, Guru Penggerak dan Kepala Sekolah SD Negeri 1 Tabilaa, Kecamatan Bolaang Uki, Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara