Herakleitos, seorang pemikir Yunani pra-Socrates pernah berujar: panta rhei kai uden menei. Inti dari yang diungkapkan oleh Herakleitos adalah tentang perubahan sebagai realitas yang tidak dapat dihindari. Ia menganalogikan perubahan dengan aliran sungai. Meski tidak mengubah posisi, kita tidak bisa turun pada air yang sama karena airnya terus mengalir. Artinya, tidak ada suatu pun yang tetap tinggal; semuanya mengalir. Ungkapan oleh Herakleitos itu tetap relevan untuk refleksi orang-orang progresif di zaman manapun. Karena itu refleksi Herakleitos itu juga relevan untuk kita yang tergabung dalam gerakan Merdeka Belajar (konteks: CPP untuk PPGP). Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa kita adalah orang-orang progresif yang senantiasa menghendaki dan mengupayakan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Aktivitas belajar pembekalan CPP yang sementara berlangsung ini menyemangati kita dalam dedikasi untuk dunia pendidikan di Indonesia. Dalam semangat untuk mengupayakan kemajuan, kita mengalami penguatan-penguatan yang berguna tentang hal-hal prinsip yang dapat diterapkan dalam konteks aktivitas kita sebagai pendidik: sebagai guru pada tingkatan apapun, kepala sekolah, atau pengawas sekolah. Harus bahagia! Perasaan itu tentu yang pertama harus muncul selama mengikuti aktivitas pembekalan CPP. Kita bahagia karena hadir di tengah-tengah komunitas yang memiliki perspektif yang sama tentang pendidikan di Indonesia. Harus bahagia karena aktivitas belajar dalam pembekalan CPP ini difasilitasi oleh orang-orang hebat yang berwawasan luas dan menghayati nilai-nilai universal tentang kemanusiaan.
Manusialah yang menjadi tujuan pendidikan. Frase apapun yang digunakan untuk mendeskripsikan tujuan pendidikan itu, toh akhirnya terarah pada manusia; anak-anak sampai dewasa. Tentang manusia, satu hal yang harus dimaknai yaitu manusia adalah dinamis. Manusia tidak statis, manusia selalu bergerak (dimengerti bukan perpindahan fisik). Tidak peduli ada pada tahap mana, setiap manusia senantiasa berproses untuk terus berkembang. Kesadaran inilah yang membuat pendidikan mendapat tempat istimewa dalam keseluruhan proses pemanusiaan; sebagai usaha untuk menumbuhkembangkan semua potensi yang terdapat pada manusia. Sebab manusia yang dinamis bukan merujuk pada manusia sebagai benda, seperti yang dapat dijelaskan secara Kimia; dikonstruksi dari unsur-unsur, melainkan manusia yang berkembang dalam nilai dan kepribadian. Ini selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang perpaduan harmonis antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak sehingga menimbulkan semangat.
Memang untuk memenuhi tujuan pemanusiaan melalui proses pendidikan tidaklah gampang. Seperti para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raga ketika memperjuangkan kemerdekaan, memperjuangkan tujuan pendidikan yang sejati juga perlu perjuangan yang tidak ringan. Tapi harapan selalu ada. Kita tidak berjuang dalam kesendirian. Masih ada banyak orang yang memiliki kesucian hati yang sama untuk murid. Seperti kata Ki Hajar Dewantara yang diparafrase oleh Prof. Sardjito: “dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak”. Masih banyak orang yang siap mendedikasikan diri bagi kebaikan murid-murid melalui pendidikan yang memerdekakan.
Kesiapan orang-orang untuk berkontribusi bagi kebaikan murid itu perlu dikuatkan lagi. Penguatan terhadap persepsi bersama harus diupayakan terutama tentang bagaimana pendidikan yang memerdekakan itu berproses. Sesudah persepsi yang sama itu dikuatkan, dapatlah dikembangkan strategi-strategi yang efektif. Dalam konteks pembekalan CPP, kami mendapatkan semangat yang besar dan rasa bahagia karena melihat harapan perubahan pendidikan di Indonesia sangat mungkin dicapai. Fasilitasi yang dibangun oleh instruktur pada aktivitas pembekalan CPP sudah berhasil membangun kesamaan pemahaman kami tentang pendidikan yang memerdekakan. Elaborasi yang dilakukan bersama telah berhasil merangsang kami untuk melahirkan strategi-strategi yang cocok untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan.
Hal penting yang sudah dipelajari pada pembekalan CPP ini adalah tentang pentingnya prakarsa perubahan bagi terwujudnya transformasi pendidikan. Kanvas ATAP menjadi salah satu instrumen yang membantu kami untuk menguatkan prakarsa perubahan. Kami setuju bahwa prakarsa perubahan sangat penting. Tanpa prakarsa perubahan, mustahil ada perubahan-perubahan yang radikal sebagai upaya untuk menuju transformasi. Namun, prakarsa perubahan yang digagas itu harus diarahkan untuk menjadi prakarsa perubahan bersama. AI sebagai filosofi dapat menguatkan prakarsa perubahan. Tentunya ada tindakan-tindakan lanjutan yang harus diupayakan. Kerangka kerja BAGJA menjadi solusi untuk megusahakan prakarsa perubahan itu menjadi prakarsa bersama.
Aktivitas pembekalan CPP ini merupakan aktivitas pembelajaran yang bermakna bagi kami. Karena cita-cita kami untuk terlibat dalam transformasi pendidikan mendapat penguatan. Kami juga mendapat inspirasi tentang strategi-strategi yang dapat diambil untuk mewujudkan transformasi pendidikan. Kami mendapatkan pemahaman utuh tentang pendidikan yang memerdekakan yang harus diupayakan bersama. Upaya bersama itu tidak dapat dilepaskan dari penalaran tentang faktor kunci: inisiatif, pemimpin, dan pengikut. Pembelajaran yang sangat berharga bahwa setiap orang yang progresif harus memiliki inisiatif, menjadikan diri sebagai role untuk ditiru, dan menghasilkan produk-produk yang dapat diduplikasi dengan mudah oleh orang lain.
Artikel ini ditulis oleh Novie Rompis, pengawas sekolah Kota Tomohon.